Fri. Mar 29th, 2024

Industri Penerbangan dan Perhotelan Tanah Air Terpuruk

Porosberita.com, Jakarta – Industri penerbangan dan perhotelan Tanah Air anjlok di tengah pandemi Covid-19. Bisnis penerbangan bahkan kehilangan pendapatan sebesar Rp207 miliar.

“Sektor layanan udara kehilangan pendapatan Rp207 miliar dengan Rp48 miliar disumbang oleh penerbangan dari dan ke China,” kata Menteri Keuangan Sri Mulyani, Jumat (17/4/2020).

Menurutnya, sebanyak 12.703 ribu penerbangan dibatalkan di 15 bandara sepanjang Januari-Februari 2020. Rinciannya, sebanyak 11.680 penerbangan domestik dan 1.023 penerbangan internasional.

Kondisi serupa juga terjadi pada industry perhotelan. Ia  mendapatkan laporan bahwa tingkat okupansi kamar hotel di Indonesia anjlok hingga 50 persen. Bahkan, tingkat okupansi di beberapa hotel melorot hingga 90 persen.

“Di beberapa tempat okupansi turun 90 persen dari 6 ribu hotel di Indonesia,” jelasnya.

Akibatnya, devisa dari sektor pariwisata juga berpotensi hilang 50 persen dari realisasi tahun lalu yang sebesar US$20 miliar. Dengan kondisi itu, devisa dari sektor pariwisata tahun ini hanya sekitar US$10 miliar.

Sebelumnya, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir, menyatakan utang sejumlah BUMN akan segera jatuh tempo tahun ini.  Salah satu perusahaan pelat merah yang paling terberat utangnya adalah Maskapai Garuda Indonesia yang harus dibayar pada Juni 2020.

“Garuda yang terberat karena ada utang 500 juta dolar yang akan jatuh tempo,” ungkap Erick dalam rapat bersama Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat, Jumat (3 /4/2020).

Menurut Erick, masalah BUMN yang dipimpin oleh Direktur Utama Irfan Setiaputra itu semakin berat lantaran industri penerbangan tengah ambruk akibat wabah Virus Corona.

Erick menjelaskan, sebelum adanya wabah Corona pihaknya telah menemukan jalan keluar. Yakni, dengan memaksimalkan penerbangan haji dan umrah, menutup penerbangan luar negeri yang tidak efisien, dan mengutamakan penerbangan domestik.  Namun, karena wabah virus corona, semua rencana itu sulit dilaksanakan.

Selain Garuda, lanjut Erick, Perum Bulog juga mengalami masalah utang jangka pendek akibat keterbatasan kas dan penumpukan inventori. Adapun utang jangka pendek itu berasal dari Himbara.

“Alhamdulillah kami sudah bicara dengan Bulog dan Menteri Sosial, serta beberapa menteri, dan sesuai kebijakan Perppu, inventori akan digelontorkan sebagai bansos kepada rakyat,” katanya.

BUMN lain yang bermasalah adalah PLN yang mengalami commitment off balance sheet. Indikasinya suku bunga efektif tinggi dan peningkatan subsidi signifikan.

Selain itu, BUMN Karya juga menghadapi fixed coupon obligasi jangka panjang dengan kondisi tingkat bunga yang rendah. “Karya-karya itu sekarang proyeknya jangka panjang tapi dibiayai Himbara dengan pinjaman jangka pendek,” jelasnya.

Namun, Erick mengaku telah menemukan solusi bersama dengan Kementerian Keuangan. Caranya, utang jangka pendek akan diubah menjadi jangka panjang. Sehingga pembangunan infrastruktur bisa tetap berjalan.  (nto)

About Author