OKI dan Liga Muslim Kecam Macron Soal Karikatur Nabi Muhammad

Presiden Prancis, Emmanuel Macron
Porosberita.com, Jakarta – Liga Muslim Dunia (MWL) dan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) turut mengecam sikap Presiden Prancis, Emmanuel Macron, dan pemerintahannya yang dinilai menyudutkan umat Muslim dan membiarkan penerbitan ulang karikatur Nabi Muhammad S.A.W., oleh majalah satire Charlie Hebdo.
“Sekretariat Jenderal Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) terus mengikuti penerbitan karikatur satire yang menggambarkan Nabi Muhammad S.A.W., dan kami tercengang melihat wacana yang tak terduga dari politisi Prancis tertentu, yang dianggap berbahaya bagi hubungan Muslim-Prancis, menghasut kebencian, dan hanya melayani kepentingan politik kelompok partisan,” demikian pernyataan OKI seperti dilansir CNNIndonesia.com, Selasa (27/10/2020).
“Sekretariat Jenderal mengatakan akan tetap mengecam praktik penistaan dan penghinaan terhadap nabi-nabi Islam, Kristen dan Yahudi,” lanjut pernyataan OKI.
Selain itu, OKI menyatakan turut mengutuk pembunuhan terhadap seorang warga Prancis, Samuel Paty, yang diduga membahas tentang karikatur Nabi Muhammad S.A.W., dalam topik pembelajaran kebebasan berpendapat di dalam kelas. Mereka menyatakan mengecam seluruh aksi teroris yang mengatasnamakan agama.
“Sekretariat Jenderal terus mengecam pembenaran atas pelecehan berbasis penistaan agama atas nama kebebasan berekspresi. Lebih lanjut, Sekretariat Jenderal menyesalkan memasangkan Islam dan Muslim dengan terorisme, mendesak peninjauan kembali kebijakan diskriminatif anti-Muslim, provokatif yang tidak dapat dibenarkan terhadap perasaan satu setengah miliar Muslim di seluruh dunia,” lanjut OKI.
Terpisah, Sekretaris Jenderal Liga Muslim Dunia, Dr. Mohammad bin Abdulkarim Al-Issa, mengecam upaya menghina dan menyudutkan pemeluk agama.
Dia mengatakan Liga Muslim Dunia menyatakan prinsip kebebasan berekspresi harus berada dalam bingkai nilai-nilai saling menghargai terhadap perasaan orang lain. Sedangkan kebebasan berpendapat yang melenceng dari nilai-nilai itu sama saja bertentangan dengan moral kebebasan itu sendiri.
Al-Issa juga mengatakan kebebasan berpendapat tidak boleh digunakan untuk menyebarkan kebencian.
“Kebebasan tidak boleh menjadi jembatan yang memicu konflik dan pertentangan antara peradaban. Mereka tidak memahami hal ini,” kata Al-Issa, seperti dilansir Arab News.
Al-Issa mengungkit kembali tentang keputusan Pengadilan Hak Asasi Manusia Eropa dua tahun lalu yang menyatakan bahwa menghina Nabi Muhammad S.A.W., tidak tercakup dalam kebebasan berekspresi.
Meski begitu, Al-Issa meminta umat Muslim waspada dan tidak berlebihan dalam menanggapi provokasi.
“Tidak dipungkiri bahwa karikatur ini memicu kemarahan umat Muslim dan kami mengecam itu sekeras-kerasnya. Namun, tindakan berlebihan, yang berdampak negatif dan berlebihan, juga berbahaya. Faktanya hal itu justru menguntungkan bagi kelompok yang membenci,” lanjut Al-Issa.
Dalam cuitannya di Twitter pada 26 Oktober, Macron menyatakan tetap mempertahankan prinsip sekuler yang diterapkan Prancis.
Macron menyatakan pemerintahannya akan tetap melanjutkan dan menghormati segala perbedaan di dalam perdamaian. Dia menyatakan tidak akan membiarkan ujaran kebencian dan tetap mempertahankan budaya debat untuk mempertahankan pendapat.
“Sejarah kami memperlihatkan perjuangan terhadap tirani dan fanatisme. Kami akan melanjutkannya. Kami akan tetap melanjutkan, akan tetap membela harga diri manusia dan nilai-nilai universal,” ujar Macron. (CNN Indonesia)