Bulan Sabit Merah Kubur Ratusan Mayat Tak Dikenal
Porosberita.com, Jakarta – Bulan Sabit Merah Sudan mengaku menguburkan 180 mayat tanpa identitas yang tewas akibat pertempuran di Khartoum dan Darfur.
Bulan Sabit Merah merinci 102 jenazah dimakamkan di Al-Shegilab, Khartoum dan 78 jenazah di makamkan di Darfur. Adapun jumlah itu terhitung sejak pertempuran besar terjadi pada 15 April lalu.
“Para sukarelawan telah menguburkan 102 jenazah tak dikenal di pemakaman Al-Shegilab ibu kota dan 78 lainnya di pemakaman di Darfur,” demikian laporan AFP, Sabtu (3/6/2023).
Menurut sukarelawan, baik panglima militer reguler Abdel Fattah al-Burhan dan wakilnya yang menjadi saingannya, komandan paramiliter Mohamed Hamdan Daglo telah berulang kali berjanji untuk melindungi warga sipil dan mengamankan koridor kemanusiaan.
Namun, para sukarelawan Bulan Sabit Merah, yang didukung oleh Komite Palang Merah Internasional mengalami kesulitan untuk bergerak melalui jalan-jalan untuk menjemput korban tewas.
“Karena kendala keamanan,” kata Bulan Sabit Merah.
Dalam pembicaraan gencatan senjata di Arab Saudi bulan lalu, pihak-pihak yang bertikai telah sepakat untuk memungkinkan aktor kemanusiaan yang bertanggung jawab, seperti Bulan Sabit Merah Sudan dan atau Komite Palang Merah Internasional untuk menguburkan jenazah.
Kendati demikian, di tengah pelanggaran berulang dan mencolok oleh kedua belah pihak, perjanjian gencatan senjata yang ditengahi Amerika Serikat dan Arab Saudi runtuh.
Seluruh distrik ibu kota tidak lagi memiliki air mengalir. Listrik hanya tersedia untuk beberapa jam seminggu dan tiga perempat rumah sakit di zona pertempuran tidak berfungsi.
Situasi sangat mengerikan di wilayah barat Darfur, yang merupakan rumah bagi sekitar seperempat populasi Sudan dan tidak pernah pulih dari perang dua dekade yang menghancurkan dan menyebabkan ratusan ribu orang tewas dan lebih dari dua juta orang mengungsi.
Ratusan warga sipil tewas, desa dan pasar dibakar dan fasilitas bantuan dijarah, mendorong puluhan ribu orang mencari perlindungan di negara tetangga Chad.
Berdasarkan keterangan Proyek Data Lokasi dan Peristiwa Konflik Bersenjata ada lebih dari 1.800 orang tewas dalam pertempuran itu.
Petugas medis dan lembaga bantuan telah mengatakan berulang kali bahwa jumlah korban tewas kemungkinan jauh lebih tinggi. Hal itu lantaran jumlah jenazah yang ditinggalkan di daerah yang tidak terjangkau. (nto/CNNIndonesia.com)