Thu. Oct 24th, 2024

Din Beberkan Alasan Tak Masuk Kepengurusan MUI 2020-2025

Din Syamsuddin

Porosberita.com, Jakarta – Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin membeberkan alasannya menolak masuk kembali dalam struktur kepengurusan Majelis Ulama Indonesia (MUI) periode 2020-2025.

Mantan Ketua Dewan Pertimbangan MUI itu mengungkapkan alasanya tersebut lantaran muncul kabar dirinya terdepak dari kepengurusan MUI, karena dianggap kritis atau mendukung gerakan 212.

“Berita demikian keliru, mengandung insinuasi dan persepsi negatif. Tidak masuknya sejumlah tokoh ke dalam kepengurusan MUI tidaklah serta merta karena mereka kritis dan pendukung Gerakan 212. Kalau demikian, nanti bisa dipersepsikan yang masuk dalam kepengurusan MUI adalah ulama tidak kritis atau pro pemerintah,” kata Din, kepada wartawan, Jumat (27/11/2020).

Din lantas membeberkan alasannya tidak masuknya dalam kepengurusan MUI, karena memang tak menginginkannya. Alasannya, Din merasa sudah terlalu lama terlibat di MUI, sudah selama 25 tahun, yaitu sejak 1995. Sebagai sekretaris hingga kepengurusan 2015-2020 sebagai ketua Dewan Pertimbangan.

“Saya pribadi tidak terlibat pada gerakan 212. Dan saya tidak masuk dalam kepengurusan baru adalah karena saya tidak bersedia. Sebelum Munas MUI, saya sudah sampaikan di dalam Rapat Pleno terakhir Dewan Pertimbangan MUI pada 18 November 2020 bahwa saya ingin berhenti dari keaktifan MUI,” tegas Din.

Karena itu, Din meminta maaf kepada segenap anggota Wantim MUI yang masih mendukung dirinya tetap memimpin Wantim MUI. Din pun mengungkapkan, alasannya tidak menghadiri Munas MUI dan mewakilkan kepada Wakil Ketua Wantim MUI Didin Hafiduddin untuk memberi sambutan dan menjadi formatur.

“Sebenarnya ada alasan, yaitu saya mendengar dan mengetahui ada pihak yang ingin menjadi ketua Wantim MUI, dan pengurus MUI. Saya berhusnuzhon mereka ingin berkhidmat di MUI, maka sebaiknya diberi kesempatan. Biarlah umat yang menilai dan Allah SWT yang mengganjari,” ungkapnya.

Bagi seorang pejuang, kata Din, khususnya pejuang Islam, perjuangan dan pengabdian untuk umat dan bangsa tidaklah terbatas dilakukan hanya dalam satu lingkaran organisasi seperti MUI. Tetapi bisa dilakukan pada berbagai lingkaran keaktifan.

“Jadi tidak masuk dalam kepengurusan suatu organisasi jangan dianggap sebagai masalah besar, begitu pula masuk dalam kepengurusan bukanlah hal istimewa,” pungkasnya. (wan)

About Author