Thu. Oct 24th, 2024

Aung San Suu Kyi Kini Dijerat Kasus Korupsi Walkie-Talkie

Aung San Suu Kyi

Porosberita.com, Jakarta – Kepolisian Myanmar menjerat pemimpin de facto Aung San Suu Kyi dalam kasus impor perangkat komunikasi ilegal, dan ditahan hingga 15 Februari mendatang.

Dilansir Reuters, Rabu (3/2/2021), menurut keterangan aparat Myanmar, Suu Kyi disebut menyimpan sebuah perangkat radio komunikasi walkie-talkie yang diimpor secara tidak sah. Perangkat itu ditemukan saat polisi menggeledah kediaman perempuan berusia 75 tahun itu di Ibu Kota Naypyidaw.

Dalam surat perintah pengadilan disebutkan Suu Kyi ditahan karena kepentingan penyidikan, termasuk interogasi para saksi dan menyelidiki barang bukti. Selain itu, Suu Kyi diberi hak untuk menunjuk kuasa hukum.

Selain itu, kepolisian Myanmar menuduh Presiden Win Myint melanggar Undang-Undang Penanganan Bencana.

Partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) yang mendukung Suu Kyi menyatakan aparat keamanan Myanmar menggeledah sejumlah kantor perwakilan mereka di sejumlah daerah. Mereka meminta aparat Myanmar berhenti melakukan hal itu.

Meski begitu, sampai saat ini kepolisian, pengadilan hingga pemerintah Myanmar belum menyampaikan pernyataan resmi terkait hal itu.

Panglima Angkatan Bersenjata Myanmar (Tatmadaw), Jenderal Min Aung Hlaing, memerintahkan anak buahnya menangkap Suu Kyi dan Win Myint karena menuduh ada kecurangan terkait hasil pemilihan umum yang digelar pada 8 November 2020 lalu.

Tatmadaw menuding ada setidaknya 8 juta pemilih palsu yang terdaftar dalam pemilu kemarin.

Padahal, Komisi Pemilihan Umum Myanmar menyatakan pemilu yang digelar berjalan adil dan lancar. Mereka juga menepis tuduhan ada kecurangan.

Tatmadaw mengumumkan status darurat militer selama satu tahun. Mereka mencopot puluhan menteri dan pejabat pemerintah era Suu Kyi, dan mengangkat sebelas mantan jenderal untuk mengisi kabinet.

Myanmar dipimpin pemerintah junta militer sejak melakukan kudeta pada 1962.

Suu Kyi yang aktif menjadi tokoh politik sempat menjadi tahanan rumah pada 1989 sampai 2010. Dia menjadi politikus yang masih populer di kalangan penduduk Myanmar, meski dikritik karena sikapnya yang seolah tidak lantang terhadap persekusi dan genosida terhadap etnis Rohingya.

Sikap militer Myanmar yang mengambil alih kekuasaan dan menangkap Suu Kyi serta sejumlah tokoh politik menuai kecaman dari sejumlah negara. (CNN Indonesia)

About Author