Fri. Oct 25th, 2024

Dolar Tembus Rp.15.700, Rupiah Makin Melemah

Porosberita.com, Jakarta – Gerak nilai tukar rupiah melawan dolar Amerika Serikat (AS) makin tersungkur, bahkan menembus level psikologis Rp15.700/US$ dan menjadi yang paling pada tahun ini. Melansir data Refinitiv, rupiah ditutup di angka Rp15.730/US$ atau melemah 0,29% terhadap dolar AS kemarin, Selasa (10/10/2023). Posisi ini melanjutkan pelemahan pada penutupan perdagangan sebelumnya yang ditutup anjlok 0,51%. Lebih lanjut, posisi ini juga merupakan yang terlemah sejak 11 bulan terakhir. Rupiah melemah karena besarnya tekanan eksternal. Kondisi ekonomi AS saat ini masih cukup ketat karena inflasi yang diperkirakan masih cukup tinggi khususnya yang akan dirilis pekan ini. Sebagai catatan, AS mencatatkan inflasi periode Agustus 2023 naik menjadi 3,7% (year on year/yoy) dibandingkan periode Juli di angka 3,2% secara tahunan (yoy). . Inflasi AS dan berbagai negara di seluruh dunia dapat semakin parah, khususnya jika perang Israel-Hamas terus berlanjut dan dan menyeret negara pendukungnya sebagai pemain energi penting global. Jika inflasi AS menurun dengan lambat atau malah naik maka artinya ekonomi AS masih panas sehingga inflasi sulit melandai dengan cepat ke target kisaran bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) yakni 2%. Alhasil suku bunga AS pun diproyeksikan masih cukup tinggi bahkan perangkat CME FedWatch mencatat The Fed berpotensi kembali menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) antara November atau Desember 2023. Lebih lanjut, kondisi ini juga diikuti dengan capital outflow dari pasar keuangan domestik. Tercatat berdasarkan data Bank Indonesia dan merujuk transaksi 2 – 5 Oktober 2023, investor asing di pasar keuangan domestik tercatat jual neto Rp2,50 triliun terdiri dari jual neto Rp2,92 triliun di pasar SBN, beli neto Rp0,02 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp0,40 triliun di SRBI. Hal ini bukan tanpa alasan karena imbal hasil di AS sebagai negara maju sangat menarik apalagi jika AS kembali menaikkan suku bunganya. Maka dari itu, imbal hasil deposito dan obligasi akan disukai investor. Sentimen ini juga dipertegas oleh Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro menambahkan, pelemahan rupiah terhadap dolar AS memang kini disebabkan kondisi eksternal yang tidak menentu, khususnya kebijakan suku bunga The Fed yang berpotensi masih akan tinggi demi menekan tren inflasi di AS yang sulit turun cepat. Pekan ini masih potensi menjadi pekan terparah rupiah bergerak bergerak, pasalnya juga akan ada FOMC minutes dan sejumlah pidato pejabat the Fed. Yang bakal memberikan gambaran lebih jelang mengenai bagaimana arah kebijakan bank sentral AS tersebut yang dinilai pasar masih akan hawkish. Teknikal Rupiah Secara teknikal dalam basis waktu per jam, gerak rupiah masih dalam tren pelemahan, posisi yang potensi di uji saat ini bisa dicermati melalui level psikologisnya baik untuk target melemah maupun menguat. Tren pelemahan yang masih kuat potensi masih bisa mengerek rupiah melemah ke posisi terdekat di Rp15.800/US$, sementara itu jika ada pembalikan arah menguat posisi terdekat bisa menguji ke level psikologis Rp15.700/US$. (nto/CNCBIndonesia.com)

About Author