BPK Ungkap Indikasi Korupsi di Jiwasraya
Porosberita.com, Jakarta – Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) mengungkapkan ada indikasi korupsi di tubuh PT Asuransi Jiwasraya (Persero). Masalah Jiwasraya bersifat gigantik atau berskala besar. Jika tidak segera diselesiakan, maka dampaknya akan sistemik.
“Kasus Jiwasraya ini cukup besar skalanya, bahkan saya katakan ini gigantik, sehingga memiliki risiko sistemik,” kata Ketua BPK Agung Firman Sampurna saat jumpa pers di BPK, Jakarta, Rabu (8/1/2020).
Menyangkut total kerugian negara dalam kasus Jiwasraya ini, lanjut Agung, pihaknya membutuhkan waktu dua bulan dari sekarang atau paling lambat pada Maret 2020 mendatang.
Lebih lanjut Agung membeberkan, BPK telah menyimpulkan ada penyimpangan dari pengelolaan dana investasi di saham dan reksa dana berbasis saham. Selain itu, dugaan penyimpangan juga terjadi dalam pengumpulan dana produk saving plan yang dirilis pada 2013 lalu.
Akibat penyimpangan dari investasi saham yang dilakukan Jiwasraya sebesar Rp4 triliun, sedangkan reksa dana berbasis saham Rp6,4 triliun.
Dalam temuan BPK, Jiwasraya melakukan investasi pada saham-saham perusahaan yang berkualitas rendah yang dilakukan tidak sesuai dengan ketentuan.
Analisis pembelian dan penjualan saham diduga dilakukan secara pro forma dan tidak didasarkan atas data yang valid dan obyektif.
“Ada aktivitas jual beli saham dalam waktu yang berdekatan untuk menghindari pencatatan unrealized gross, yang kami duga window dressing juga,” jelas Agung.
Sementara jual beli saham dilakukan dengan pihak tertentu secara negosiasi oleh Jiwasraya agar bisa memperoleh harga tertentu yang diinginkan. Kepemilikan atas saham tersebut, melebihi batas maksimal, yakni di atas 2,5%.
“Investasi pada saham-saham yang tidak likuid dengan harga yang tidak wajar, yang selanjutnya diduga oleh manajemen Jiwasraya bersama manajer investasi, disembunyikan pada beberapa reksadana dengan underlying saham. Adapun pihak yang diajak bertransaksi saham oleh manajemen Jiwasraya terkait transaksi ini adalah grup yang sama, sehingga diduga ada dana perusahaan dikeluarkan melalui grup tersebut,” papar Agung. (nto)