BI Ingatkan 5 Masalah Global Akan Berdampak Pada Perekonomian Indonesia

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo
Porosberita.com, Jakarta – Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengingatkan lima masalah global yang akan berdampak terhadap ekonomi Indonesia . Selain itu, Perry juga memprediksi perekonomian Indoneia akan pulih tahun 2022.
Hal itu dipaparkan Perry dalam Pertemuan Tahunan BI, Rabu (24/11/2021). Dalam pertemuan itu Perry menyebut masalah gloal yang akan berdampak pada perekonomian Indonesia, pertama, normalisasi kebijakan di negara maju dan ketidakpastian pasar keuangan global.
Kedua, dampak pandemi covid-19 terhadap korporasi dan sistem keuangan. Ketiga, meluasnya sistem pembayaran digital antar negara dan risiko aset kripto.
Keempat, tuntutan ekonomi keuangan hijau dari negara maju. Kelima, melebarnya kesenjangan dan perlunya inklusi keuangan.
Kelima, permasalahan global ini akan menjadi agenda prioritas presidensi G20.
Lebih lanjut, Perry memprediksi ekonomi Indonesia akan mulai pulih tahun depan. Ia memproyeksi pertumbuhan ekonomi nasional tembus 4,7 persen-5,5 persen pada 2022, lebih tinggi dari target tahun ini yang sebesar 3,4 persen-4 persen.
“Selain ekspor, konsumsi dan investasi juga akan meningkat didukung vaksinasi serta pembukaan sektor ekonomi,” jelasnya.
Selain itu, Ia memproyeksi inflasi juga masih terkendali pada 2022. Hal ini didukung oleh pasokan yang memadai.
“Stabilitas nilai tukar rupiah juga dijaga sesuai komitmen BI di tengah normalisasi The Fed,” ujar Perry.
Adapun syarat utama agar ekonomi pulih adalah sinergi vaksin dan pembukaan 24 sub sektor prioritas. Beberapa sektor yang dimaksud, yakni makanan dan minuman, kimia, otomotif, karet, logam dasar, kertas, dan alas kaki.
Perry pun menjelaskan arah kebijakan moneter bank sentral tahun depan adalah stabilisasi nilai tukar dan suku bunga rendah. Saat ini, BI menetapkan suku bunga acuan di level 3,5 persen.
“Suku bunga rendah dipertahankan sampai terdapat indikasi awal kenaikan inflasi,” kata Perry.
Selain itu, BI juga akan mengurangi likuiditas di perbankan. Hal itu akan dilakukan secara bertahap agar tak mengganggu kemampuan perbankan dalam menyalurkan kredit.
“Kelebihan likuiditas di perbankan yang sangat besar pada saat ini akan kami turunkan secara bertahap dan hati-hati,” katanya. (nto)