Erdogan Tegaskan Hubungan Erat Turki – Rusia
Porosberita.com, Jakarta – Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menegaskan pihaknya tidak akan meniru langkah Barat yang menjatuhkan sanksi terhadap Rusia. Erdogan juga menyebut hubungan Turki dengan Rusia “positif.”
“Kami tidak dalam titik akan menjatuhkan sanksi terhadap Rusia seperti yang dilakukan Barat. Kami tidak akan terikat oleh sanksi Barat. Kami negara kuat dan kami punya hubungan positif dengan Rusia,” ujar Erdogan dalam wawancara eksklusif bersama CNN.
“Rusia dan Turki saling membutuhkan dalam hampir segala bidang,” katanya menambahkan.
Pernyataan ini diungkapkan Erdogan jelang Pemilihan Presiden Turki pada 28 Mei nanti. Erdogan kembali mencalonkan diri sebagai presiden berhadapan dengan saingannya, Kemal Kilicdaroglu.
Berbeda dengan Erdogan, Kilicdaroglu justru akan memperbaiki hubungan dengan negara-negara Barat. Ia pun mengaku tidak akan meniru langkah Erdogan yang menjalin hubungan berdasarkan pribadi dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin.
Malah, Kilicdaroglu tak segan menuding Rusia turut mencampuri Pemilihan Presiden Turki dan mengancam akan mengakhiri kerjasama bilateral andai tidak ada tindak lanjut.
“Teman-teman Rusia yang terhormat, Anda berada di balik montase, konspirasi, konten palsu yang dalam, dan rekaman yang diekspos di negara ini kemarin,” katanya di Twitter.
“Jika Anda ingin persahabatan kita berlanjut setelah 15 Mei, lepaskan tangan Anda dari negara Turki,” kata Kilicdaroglu.
Erdogan sendiri mengatakan, hubungan dengan Rusia justru harus diperkuat. Pasalnya, negara-negara Barat selama ini “tidak memimpin pendekatan yang sangat seimbang.”
“Anda membutuhkan pendekatan yang seimbang terhadap negara seperti Rusia, yang akan menjadi pendekatan yang jauh lebih menguntungkan.” ujarnya.
Sejak Rusia melancarkan invasi ke Ukraina pada Februari 2022, Erdogan telah muncul sebagai perantara kekuatan utama, mengadopsi tindakan penyeimbangan penting antara kedua belah pihak, yang dikenal luas sebagai “netralitas pro-Ukraina.”
Erdogan membantu menengahi kesepakatan penting yang dikenal sebagai Black Sea Grain Corridor yang membuka jutaan ton gandum yang terperangkap dalam invasi Rusia ke Ukraina sehingga mencegah krisis kelaparan global. Perjanjian tersebut diperpanjang selama dua bulan lagi pada hari Rabu, sehari sebelum ditetapkan berakhir. (nto/CNNIndonesia.com)