BI Bagikan Insentif KPR Ke Perbankan, Harga Rumah Turun?
Porosberita.com, Jakarta – Mulai 1 Oktober 2023, Bank Indonesia (BI) akan memberikan insentif kebijakan likuiditas makroprudensial bagi bank-bank yang menggencarkan penyaluran kredit, salah satunya di sektor perumahan. Bank-bank pun akan memanfaatkan kebijakan ini untuk menambal likuiditas ketat di pasaran.
Khusus untuk sektor perumahan, seperti KPR, KPA, konstruksi gedung tempat tinggal, serta real estate tempat tinggal, akan mendapat insentif pengurangan giro wajib minimum atau GWM sebesar 0,5% bila penyaluran kreditnya tumbuh 3-7%, dan jika mampu di atas 7% mendapatkan pengurangan hingga 0,6%.
Deputi Gubernur Senior BI, Destry Damayanti mengatakan, kebijakan ini dikeluarkan demi mendorong geliat penyaluran kredit pembelian di sektor perumahan. Sebab, menurutnya sektor ini memiliki dampak yang kuat ke sejumlah sektor, termasuk penyerapan lapangan kerja. Namun, kinerja hingga kini belum optimal.
“Meskipun masih menunjukkan tren peningkatan pertumbuhan hingga lebih dari 10% yoy pada Agustus 2023, naik dibandingkan dengan akhir 2022 sebesar 8,17% yoy,” kata Destry saat membuka seminar Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial: Insentif untuk Kredit/Pembiayaan Sektor Perumahan di Jakarta, Rabu (4/10/2023).
Destry mengatakan, jika dibandingkan pertumbuhan kredit konsumsi masyarakat muda yang sudah 17,18%, tentu pertumbuhan kredit untuk kepemilikan rumah masih jauh tertinggal. Maka, geliatnya perlu di dorong supaya perbankan gencar menyalurkannya dengan adanya tambahan likuditas bagi mereka di tengah tingginya permintaan.
Apalagi, Destry melanjutkan, pangsa pasar terbesar Kredit Pemilikan Rumah (KPR), berasal dari rumah tipe menengah (tipe 21-70), sementara untuk kontribusi terbesar pertumbuhan berasal dari rumah tipe >70.
Dengan demikian dari sisi permintaan, terdapat peluang pembiayaan perumahan yang didorong oleh peningkatan permintaan KPR dari populasi Gen Z dan Milenial, khususnya menyasar pada tipe rumah menengah dengan kisaran harga rumah kurang dari Rp500 juta.
Merespons kebijakan ini, Direktur Utama BTN Nixon Napitupulu mengaku bank-bank seperti mendapat angin segar untuk menggencarkan penyaluran kredit KPR. Apalagi, ia menekankan, sebetulnya perbankan kini tengah menghadapi pengetatan likuditas di tengah tren kenaikan suku bunga bank sentral, khususnya The Federal Reserve atau The Fed.
“Yang pasti hari ini likuditas ketat ya, saya bisa bilang ketat, terutama di time deposit rate ya ketat banget terutama deposito-deposito institusi, persaingannya cukup ketat. Saya enggak sebut nama bank tapi sudah ada yang bid di atas 6,5%. kalau ini terus berlanjut menurut saya akan sangat ketat,” kata Nixon.
Dengan ketatnya perolehan likduitas, tercermin dari rasio current account savings account/ CASA BTN yang di level 52,5% per Agustus 2023, Nixon mengatakan, tentu insentif ini bisa meningkatkan penebalan laba BTN. Adapun dampak ke tingkat bunga KPR menurutnya akan bisa dipertahankan dan tak akan ada kenaikan seperti sebelumnya.
“Kan marjin BTN aja yang tipis, kalau suku bunga yang disiapin KPR ke masyarajat, ke user kan kompetitif, kamu kan enggak bisa beli di saya kalau harga saya mahal, karena kamu bisa bandingin sama toko sebelah, jadi yang saya lakukan adalah terpaksa compressing margin,” ujar Nixon.
“Tapi kalau dana murah saya lebih banyak, laba saya yang lebih gede, itu aja. Jadi yang di compress margin nya bukan harga jualnya,” tegas Nixon.
Direktur Consumer Banking BCA Haryanto T. Budiman menambahkan, bagi bank-bank yang likuditasnya melimpah, tentu kebijakan KLM ini tidak akan signfikan. Namun, ia memastikan, geliat penyaluran kredit tentu akan bisa bergairah melalui kebijakan ini karena bentuknya insentif.
“Tapi untuk masing-masing bank kan ada yang likuiditasnya cukup, kalau kita sih terus terang karena likuiditasnya memadai ini dampaknya tidak terlalu signifikan karena kita terus tumbuh kok. Anda lihat sendiri angka pertumbuhan KPR kita bagus sekali,” tuturnya.
Hingga akhir semester I-2023, KPR BCA telah menyalurkan kredit sebesar Rp. 114,58 triliun dengan pertumbuhan sebesar 12,0% dibanding posisi yang sama pada 2022 lalu. Haryanto optimistis, penyakuran kredit KPR bank nya akan masih bisa tumbuh dua digit hingga 12% hingga akhir tahun dengan adanya dorongan dari kebijakan KLM BI.
“Anda lihat sendiri angka pertumbuhan KPR kita bagus sekali, market share kita 24%, NPL kita terjaga. Kalau dari situ kami bersyukur kita bisa tumbuh dengan baik selama ini dengan kualitas yang terjaga,” tutur Haryanto. (nto/CNBCIndonesia.com)