Terungkap Kejahatan Keuangan Kardinal Vatikan
Porosberita.com, Jakarta – Vatikan, kedudukan pusat gereja Katolik Roma mengungkapkan kepemilikan aset mereka terhadap lebih dari 5.000 properti di seluruh dunia. Ini merupakan bagian dari laporan keuangan paling rinci yang pernah dipublikasi oleh Vatikan.
Laporan itu tercantum dalam dua dokumen, yaitu laporan keuangan konsolidasi tahun 2000 untuk Takhta Suci, dan anggaran publik perdana untuk Administrasi Warisan Takhta Suci (APSA).
APSA adalah sejenis kantor akuntansi umum, yang mendata laporan sejumlah real estate dan investasi, pembayaran gaji pekerja, termasuk departemen sumber daya manusia (SDM).
Laporan APSA mengungkap Vatikan memiliki 4.051 properti di Italia dan sekitar 1.120 aset di luar negeri, tidak termasuk kedutaan besarnya di seluruh dunia. Laporan ini tercantum dalam 30 halaman yang dirilis APSA.
Mengutip Reuters, Minggu (25/7/2021), di antara dua dokumen tersebut, yang belum pernah ada sebelumnya, Vatikan juga merilis lebih dari 50 halaman laporan keuangan.
Sekitar 14 persen dari properti Vatikan di Italia disewakan dengan harga pasar. Sedangkan aset lainnya disewakan dengan harga lebih rendah karena banyak dimanfaatkan oleh sebagian besar karyawan gereja.
Laporan itu juga menyebut sekitar 40 persen dari seluruh properti milik Vatikan berbentuk bangunan institusional, seperti sekolah, biara, dan rumah sakit.
Sejumlah investasi properti Vatikan juga terletak di daerah kelas atas di London, Inggris. Kemudian, Jenewa, Lausanne, dan Paris.
Namun, salah satu bangunan di distrik Kensington, London, telah mengakibatkan kerugian besar bagi Vatikan setelah dibeli Sekretariat Negara Vatikan pada 2014 lalu.
Kepala Sekretariat Vatikan Bidang Ekonomi (SPE) Pastor Juan Antonio Guerrero menegaskan bangunan tersebut akan segera dijual untuk menutupi kerugian lebih dalam.
Atas kerugian tersebut, Vatikan akan menggelar sidang terhadap 10 orang, termasuk seorang kardinal terkemuka, terkait pembelian properti di London tersebut. Mereka diduga melakukan kejahatan keuangan, penggelapan, pencucian uang, penipuan, pemerasan, dan penyalahgunaan jabatan.
Guerrero menyebut persidangan 10 orang tersebut akan menjadi titik balik dalam kredibilitas terkait keuangan Vatikan. “Bahwa peristiwa serupa tidak boleh terjadi lagi,” ujarnya.
Tahun lalu, Paus Fransiskus mencabut kendali Sekretariat Negara atas keuangan Vatikan dan mentransfernya ke APSA dengan pengawasan SPE.
Laporan keuangan perdana yang dirilis APSA itu menunjukkan Vatikan defisit 64,8 juta euro pada tahun lalu. Namun, defisit itu membaik dibandingkan 79,2 juta euro pada 2019 lalu.
Untuk menutup defisit tahun lalu, sekitar 50 juta euro akan diperoleh dari Peter’s Pence, dana sumbangan untuk membantu Paus melaksanakan pekerjaan gereja di seluruh dunia.
Pandemi covid-19 ikut memukul pendapatan Vatikan pada tahun lalu. Basilika Santo Petrus dan Museum Vatikan, yang disebut-sebut sapi perah karena menerima 6 juta kunjungan setiap tahun, harus tutup. (CNN Indonesia/nto)