Hasto Kembali ‘Serang’ SBY Mainkan Dana Bansos Saat Pemilu 2009
Porosberita.com, Jakarta – Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto kembali ‘menyerang’ Partai Demokrat. Kali ini, ia menuding mantan Ketum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memainkan politik bansos yang membebani Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) saa Pemilu 2009 lalu.
Hal itu dilontarkan Hasto saat bicara dalam diskusi ‘Menimbang Sistem Pemilu 2024: Catatan dan Usulan’ yang digelar CSIS, Senin (1/11/2021).
Mengutip peneliti Australia Marcus Mietzner, Hasto menyebut manuver SBY itu sebagai politik populis. Hal itu ia ungkap saat membahas betapa mahalnya pemilu di Indonesia.
“Demokrasi yang kini disebut deliberatif demokrasi, musyawarah mufakat yang berkeadilan sosial, coba CSIS menghitung, berapa biaya pemilu kita dari pusat hingga daerah, dan adalah beban bagi APBN, beban bagi keuangan negara. Belum dampak dari politik populism akibat bansos yang kemudian jadi model setelah itu diterapkan pada tahun 2009, dalam politik bansos yang menurut Marcus Mietzner dari bulan Juni 2008 sampai dengan Januari 2009, Pak SBY membelanjakan 2 miliar US dollar untuk politik yang populis itu,” kata Hasto.
Jika dirupiahkan dengan kurs Rp 11.380 ribu/dolar AS (kurs 1 Januari 2009), nilai tersebut setara Rp 22,76 triliun.
“Ini kan beban bagi APBN ke depan, akibat dari konsekuensi politik yang sangat liberal,” tambah Hasto.
Hasto lantas menyentil SBY bahwa politik populis ini membahayakan keuangan negara. Menurutnya, negara-negara Eropa hingga AS mengalami krisis akibat gaya politik populis ini.
“Jadi tema CSIS ini sangat menarik, apalagi diadakan lembaga penelitian sekaliber CSIS, sehingga nanti nggak akan dikatakan lagi politisasi ketika saya kemarin mengungkapkan beberapa fakta-fakta pemilu yang lalu,” katanya.
Sebelumnya, Hasto pernah menyindir kecurangan SBY dan Partai Demokrat pada Pemilu 2009. Menurutnya, Pemilu 2009 menunjukkan demokrasi yang menghalalkan segala cara, memanipulasi DPT, menggunakan aparat sebagai tim pemenangan, dan lain sebagainya.
Diketahui, pada Pemilu 2009 lalu dimenangkan oleh petahana SBY-Boediono. Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri yang berpasangan dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto kalah.
Kepala Badan Komunikasi Strategis DPP Partai Demokrat, Herzaky Mahendra Putra merespon nya dengan menuding balik kecurangan PDIP di Pemilu 2019.
“Mungkin Hasto salah omong atau salah baca teks. Maksudnya Pemilu 2019 kali, bukan 2009, kalau bahas demokrasi yang diduga halalkan segala cara dengan manipulasi DPT, demokrasi menjadikan bansos sebagai politik elektoral, dan demokrasi menggunakan hukum aparat,” kata Herzaky kepada wartawan, Rabu (25/8/2021). (wan)