Dua Aktris Hollywood Terseret Penipuan Masuk Kampus Elite
Porosberita.com, Jakarta – Dua aktris Hollywood, Felicity Huffman dan Lori Loughlin, masuk daftar 50 tersangka pelaku penipuan untuk memasukkan anak mereka ke universitas elite di Amerika Serikat.
Dilansir dari CNN Indonesia, Jaksa federal AS menyatakan bahwa para tersangka melakukan kecurangan agar lolos ujian masuk universitas atau memberikan sogokan agar anak mereka bisa masuk ke perguruan tinggi ternama, seperti Yale dan Stanford.
Menurut jaksa, para tersangka memberikan uang ke lembaga yang dioperasikan oleh William Rick Singer.
Institusi itu kemudian mencarikan orang untuk mewakili para anak orang kaya itu mengikuti ujian SAT dan ACT yang diperlukan untuk mendaftar ke universitas.
Mereka juga menyuap para pejabat kampus dan pelatih olahraga untuk merekrut anaknya sehingga dapat masuk ke universitas itu melalui jalur atlet. Para tersangka tetap memaksa meski anaknya tak memenuhi persyaratan untuk masuk tim olahraga universitas.
Hingga saat ini, empat orang sudah dinyatakan sebagai tersangka otak di balik skema tersebut. Selain itu, 13 pejabat tim olahraga dan penerimaan mahasiswa sejumlah universitas juga diadili.
Menurut keterangan Jaksa AS di Boston, Massachusetts, Andrew Lelling, para pejabat universitas mendapat bayaran sekitar US$200 juta hingga US$6,5 juta.
“Para orang tua yang kaya membayar Singer total sekitar US$25 juta,” tutur Lelling kepada AFP.
Sementara itu, para pelatih, termasuk pelatih tim sepak bola perempuan di Yale University dan pelatih dayung di Stanford University, memasang tarif US$200 ribu hingga US$400 ribu untuk memasukkan anak ke tim olahraga mereka.
“Beberapa anak tidak pernah datang. Beberapa anak berpura-pura mengalami cedera, sementara beberapa lainnya sempat bermain kemudian keluar,” ucap Lelling.
Namun, para mahasiswa sama sekali tidak dituntut dan dapat tetap belajar di universitas tempat mereka kini bernaung.
“Orang tua dan tersangka lainnya jelas menjadi pelaku utama pelanggaran ini,” kata Lelling.
Berdasarkan penyelidikan selama setahun belakangan, pihak universitas sebagai institusi dinilai tidak terlibat dalam skema ini.
“Kami belum melihat sekolah-sekolah tersebut sebagai otaknya,” ucap Lelling. (nto)