Intel Rusia kerja Saat Trump Dimakzulkan
Porosberita.com, Jakarta – Intelijen Rusia dilaporkan meretas perusahaan energi Ukraina, Burisma Holdings, di saat proses persidangan pemakzulan Presiden Amerika Serikat Donald Trump tengah berlangsung.
Burisma Holdings merupakan perusahaan yang dikait-kaitkan dengan Hunter Biden, anak dari Joe Biden.
Trump dilaporkan berupaya menjegal langkah Joe Biden di pemilu AS mendatang dengan meminta Ukraina menyelidiki dugaan korupsi Hunter Biden yang diduga dibuat-buat.
Dugaan peretasan itu diungkap oleh perusahaan keamanan siber dunia berbasis di California, Area 1 Security. Dalam laporan terbaru, perusahaan itu menyebutkan agen mata-mata GRU Rusia melancarkan serangan phishing demi bisa mengakses jaringan surat elektronik karyawan Bursima Holdings.
“Waktu antara operasi yang dilakukan GRU dengan pemilihan umum AS 2020 menimbulkan momok bahwa ini adalah peringatan awal dari apa yang telah kami antisipasi sejak serangan siber berhasil dilakukan selama pemilu AS 2016 lalu,” ucap pendiri Area 1 Security, Oren J Falkowitz dan Blake Darche, pada Senin (13/1/2020).
Area 1 Security mengatakan GRU masuk ke server Bursima Holdings. Namun, perusahaan itu tak menjelaskan secara detail apa yang GRU lakukan dan cari setelah meretas sever perusahaan Ukraina tersebut.
Laporan ini memicu reaksi dari sejumlah politikus AS, terutama Partai Demokrat. Ketua Komite Intelijen Dewan Perwakilan AS, Adam Schiff, menuturkan laporan itu menunjukkan Rusia berulah lagi untuk mempengaruhi pemilu AS 2020.
“Menurut sebuah laporan baru, Rusia meretas informasi yang bisa menjadi awal dari lebih banyak lagi campur tangan pada pemilu 2020. Dan lagi, tampaknya bertujuan untuk membantu Trump,” kata Schiff seperti dikutip dari AFP.
Trump tengah menghadapi dakwaan atas penyalahgunaan kewenangan karena menekan Ukraina demi membuka penyelidikan dugaan korupsi Hunter, anggota komisaris di Bursima.
Joe Biden merupakan pesaing berat Trump dalam pemilu 2020 mendatang. Kasus dugaan korupsi itu diduga dibuat-buat lantaran Trump tidak memiliki bukti awal.
Trump dituduh menahan bantuan militer AS sebesar US$391 juta bagi Ukraina sebagai upaya menekan Presiden Volodymyr Zelensky agar mengikuti keinginannya. Trump juga dikabarkan menjanjikan pertemuan dengannya di Gedung Putih kepada Zelensky jika ia mau membuka penyelidikan dugaan korupsi tersebut.
Sementara itu, GRU disebut dalam laporan jaksa khusus AS, Robert Mueller, yang berupaya menyelidiki intervensi Rusia dalam pemilu AS 2016 lalu. Dalam laporan itu, GRU dinilai meretas kampanye Partai Demokrat demi membantu Trump menang di pemilu. Demikian dilansir CNN Indonesia.com. (nto)