Australia Siapkan 8 Kapal Selam Nuklir Hadapi China
Porosberita.com, Jakarta – Australia akan membangun delapan kapal selam bertenaga nuklir di bawah pakta keamanan Indo-Pasifik baru dengan Amerika Serikat dan Inggris.
“Dunia kami menjadi lebih kompleks, terutama di sini di kawasan kita, Indo-Pasifik,” ujar Perdana Menteri Australia, Scott Morrison, dikutip Reuters, Kamis (16/9).
Australia menjadi negara kedua yang diberi akses ke teknologi nuklir AS untuk membangun kapal selam bertenaga nuklir. Negara pertama yakni Inggris pada tahun 1958.
“Untuk memenuhi tantangan ini, demi membantu memberikan keamanan dan stabilitas yang dibutuhkan kawasan kami, kami sekarang harus membawa kemitraan kami ke tingkat yang baru,” lanjut Morrison.
Perdana Menteri Selandia Baru, Jacinda Ardern, menyambut baik kerja sama itu yang fokus pada kawasan Indo-Pasifik.
“Saya senang melihat bahwa fokus telah dialihkan ke wilayah kami dari mitra yang bekerja sama dengan kami,” terangnya.
Namun, Jacinda juga mengatakan kapal selam itu tak akan diizinkan berlayar di perairan teritorialnya berdasarkan kebijakan bebas nuklir di negara itu.
“Ini adalah wilayah yang diperebutkan, dan ada peran yang bisa dimainkan orang lain dalam mengambil ketertarikan di wilayah kami,” lanjutnya.
Dalam konferensi pers Rabu (15/9/2021) kemarin Pemimpin AS, Inggris dan Australia berusaha melawan kekuatan dan pengaruh dari musuh yang semakin besar dengan membuat pakta trilateral ini. Terutama soal pembangunan militer, tekanan yang dialami Taiwan dan penempatan di Laut China Selatan.
Mereka tak menyebut secara pasti bahwa tindakan itu untuk melawan China. Namun, beberapa pihak meyakini hal tersebut dilancarkan demi mengurangi pengaruh Beijing di kawasan Indo-Pasifik.
Para pemimpin itu juga menegaskan kapal selam tak akan dipersenjatai dengan nuklir, tetapi hanya menggunakan sistem propulsi atau reaktor nuklir demi menjaga ancaman di masa depan.
Menanggapi kesepakatan itu, Kedutaan Besar China di AS, mengatakan negara-negara tak boleh membangun blok eksklusif yang menargetkan atau merugikan kepentingan pihak ketiga.
“Secara khusus, mereka harus melepaskan mentalitas Perang Dingin dan prasangka ideologis mereka,” ujarnya.
Sementara para pengamat menilai pakta trilateral itu dianggap sebagai ancaman oleh Beijing. (CNN Indonesia/nto)